Ads

Diberdayakan oleh Blogger.

infoterkini

Kamis, 16 April 2015

Teror hantu kuntilanak (2)

Cerita Mistis - Dua puluh menit berlalu kita semua berangkat dalam satu mobil yang Aku lupa model dan mereknya. Tapi mobil ini terlihat mobil kelas menengah atas. Aku duduk dibelakang sendiri, sedangkan Mas Luki duduk ditengah dengan Om Bayan. Ibu duduk disebelah Tante Mira yang mengemudikan mobil ini dibagian depan.


Perjalanan Jakarta Anyer memang lumayan memakan waktu yang tidak sebentar. Hitungan jam telah berlalu. Didalam mobil ini hampir tidak ada obrolan yang terdengar jelas. Hanya Ibu dan Tante Mira yang terkadang terdengar percakapannya. Sedangkan Om Bayan dan Mas Luki hanya sesekali Tanya jawab. Mereka berdua lebih banyak menghabiskan waktu didalam perjalanan dengan istirahat. Melihat hal itu Akupun juga mengikuti jejak mereka yaitu tidur.


Ditengah perjalanan Aku terbangun dan ternyata kita sudah keluar tol di daerah Tangerang, Beberapa menit kemudian, Tante Mira menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Tepat didepan seorang lelaki yang berperawakan tinggi, agak kurus, dan sedikit berkumis. rambutnya terlihat klimis. Lalu Tante Mira keluar dari mobil dan pindah kearah Ibu yang duduk didepan.

Ternyata kita berubah posisi Ibu akhirnya duduk ditengah dengan Mas Luki. Aku bersama Om Bayan di belakang. Sekarang yang mengemudikan mobil ini ternyata Om berkumis itu. Kita sebut saja namanya Om Anton. Ternyata dia adalah suaminya Tante Mira. Tanpa banyak percakapan apapun mobil ini kembali melaju. 
Aku melanjutkan tidur tanpa ada perkenalan yang terjadi dalam suasana hening didalam mobil itu. Aku memutuskan untuk kembali tidur saja.


Berlarut waktu berjalan, rasanya sudah empat jam berlalu didalam mobil ini. Terakhir Aku makan sepertinya sekitar jam satu siang tadi. Sekarang terasa sekali lapar ini menggangguku. Hatiku menggerutu kesal. ”Kenapa saat keluar dari tol tadi kita ga makan dulu. Di restoran atau apalah”. Lapar ini lumayan ga bisa ditahan. Kebetulan kalau jalannya sama orang kaya bisa makan enak mestinya. Ternyata angan kosongku itu hanyalah bualan angan dipikiran. 


Dibalik perasaan kesalku ini ternyata kedua Om ku mengalami hal yang sama. Rasa lapar menggerutu didalam keheningan perjalanan. Om Bayan pada saat itu bilang dengan suara yang lemah.
”Ampun, ga bisa ngerokok ini. rasa lapar udah keujung kaki nih rasanya “ kata Om Bayan seraya gelengkan kepala.
“Gue mah lagi ngebayangin sop buntut !!” kata Mas Luki dengan nada datar dan pelan-pelan. 
“Kalau Saya udah bener bener panas nih perut hahaa…” suara kecilku terhiasi tawa kecil. 
Obrolan tawa kecil kami mengalihkan perhatian rasa lapar yang ada. Walau memang kami kecewa dengan agenda makan yang tidak ada selama diperjalanan ini.


Diluar mobil keadaan sudah lama gelap dalam malam. Sudah Lebih dari tiga jam laju kendaraan ini, semenjak malam menutupi kerudung cahaya dunia. Kita Masih dalam perjalanan menembus gelapnya jalan malam. Mas Luki bicara memecah hening suasana didalam mobil. Tangannya menunjuk kearah jendela mobil.


“Tuh tuh Hotel Marbela tuh, benarkan gue bilang kita bakal ngelewatin Hotel Marbela” kata Mas Luki ke Om Bayan .
“Elo pernah kesitu ki ?? “ Tanya Om Bayan 
“Dulu gue pernah ngeband disitu makanya sedikit hafal jalan ini” kata Mas Luki.
Ternyata sebelumnya sudah ada pembicaraan kecil antara Om Bayan dan Mas Luki selama perjalanan. Sedangkan Aku lebih sibuk dengan memaksakan mata ini terpejam menahan perut ini yang lapar. Mata ini pun masih terbawa kantuk yang kupaksakan.
Beberapa puluh menit kemudian sekitar satu jam kita sampai di pintu gerbang Villa dipinggiran pantai Anyer.


Disinilah kisah nyata yang kualami ini berawal. Dipintu gerbang Villa mewah itu terdapat gapura Villa yang bagus. Daun daun yang menjalar merambat diseluruh pagar dan gapura, memberikan nuansa mistis buatku. Kita berhenti dipintu penjaga pos. Aku kurang yakin ada yang menjaga disitu karena terlihat begitu sepi.

Tapi memang terlihat seorang bertubuh besar memakai topi berjalan kearah mobil. Lalu penjaga pos itu membukakan portal gerbang utama. Terdengar samar-samar suara Om Anton berbicara dengan seorang penjaga pintu. Suasana berhias begitu gelap merajut keheningan malam. Tergambar sunyi ruang penjaga pos itu. hanya lampu cahaya kuning redup yang berisyarat lemah petugas berjaga. 

Tibalah saat saat yang menegangkan selalu terjadi semalaman suntuk. Perlahan laju mobil menelusuri gelapnya jalan tanpa lampu menerangi ruas jalan di dalam pemukiman Villa ini. Dari gerbang hingga sampai ke rumah Villa Tante Mira ku tak melihat satupun orang di jalan.


Tetangga tetangga Villa yang bersebelahan pun tak menandakan adanya orang yang tinggal. Blok demi Blok Villa telah dilewati perlahan, hanya terlihat gelap saja dan kosong. Sepertinya Villa ini tidak ditempati, hanya digunakan untuk waktu berlibur saja oleh pemilik pemiliknya. 


Gelap malam ini terlukis terangnya sinar rembulan tanpa awan, jadikan suasana malam ini sempurna dalam sepi kegelapan. 
Pemukiman Villa ini terlihat seperti belum lama dibangun. Dari awal kami masuk gerbang terlihat beberapa hektar sawah dikiri dan kanan jalan. Mungkin sawah ini adalah lahan untuk membangun Villa pada nantinya. Kita Masih dalam perjalanan, dengan kecepatan mobil yang lambat. 


Bangunan Villa Tante Mira terasa berada di Ujung pemukiman Villa mewah ini. Om Anton menurunkan lagi kecepatan mobil. Perlahan lahan membelokkan mobil kearah kiri dan masuk kedalam garasi Villa yang memang tidak berpagar. Om Bayan yang duduk tepat di sebelahku. Seperti melihat sesuatu dari jendela kaca mobil yang sedikit gelap.


Om Bayan ini adalah termasuk orang yang termasuk pintar dalam hal ghaib, bisa menyembuhkan orang orang yang ketergantungan narkoba dan penyakit lainnya. Om Bayan ini sering dipanggil orang jika ada yang kesurupan. Om bayan ini juga sering mengatasi hal ganjil, seperti orang yang terkena santet dan sebagainya. Dia juga termasuk orang yang taat. Om Bayan ini asli orang dari daerah Kalimantan yang menikah dengan Tanteku atau adik dari mamaku. Sedangkan Mas Luki adalah adik sepupu dari Mamaku.

Om Bayan kerap bercerita mengenai hal hal mistis di kampung halamannya di Kalimantan. Sungguh banyak cerita yang menarik dari pengalaman hidup Om Bayan mengenai hal mistis. Dia orang yang sama sekali tidak pernah takut dengan makhluk halus. Entah dia punya kelebihan apa di balik sosok Om Bayan yang bersahaja ini. 


Mobil pun berhenti tepat di garasi Villa mewah ini. Seketika kita semua keluar dari mobil. Aku secepat kilat merogoh kantong untuk merokok. Sudah enam jam rasanya kita dalam perjalanan semenjak jam empat sore tadi. Rasa lapar dan keinginan merokok sudah semakin menjadi. Begitupun sama halnya dengan perasaan Mas Luki.


Kami turun dan keluar dari mobil. kita berjalan kearah jalanan, sambil menyalakan rokok Masing Masing. Tetapi tidak dengan Om Bayan. Ternyata dia sudah melihat sesuatu yang ganjil sesaat mobil sedang belok masuk ke garasi.
Om Bayan lebih cepat dari langkah Aku dan Mas Luki, yang berjalan pelan dan santai sambil bakar rokok kearah jalan didepan garasi. 


Om bayan terlihat seperti tergesa gesa… 
Om Bayan kembali kearah kami sambil bilang dengan pelan dan terdengar hela nafasnya yang sedikit terlihat dalam keadaan sedikit panik.


“Diam diam ada kuntilanak di pohon !!!” bisiknya tanpa menunjuk kearah kuntilanak tersebut. Lalu Om Bayan kembali kearah jalan.
Wow… Ternyata benar diseberang jalan depan Villa ini, ada sebuah pohon yang tidak tinggi. Mungkin sekitar dua meter tingginya pohon itu. Aku juga kurang yakin itu pohon apa dalam kegelapan ini. Aku lebih yakin itu lebih mirip pohon jarak atau pohon mangga yang masih muda. Terlihat bunga bunganya berwarna putih dan kecil kecil. Entah itu pohon jarak atau pohon mangga yang Masih muda… entahlah…


Diseberang jalan ini tepatnya didepan rumah tetangga seberang ada sebuah pohon. jelas terlihat kuntilanak itu seperti menyambut kedatangan kami dengan tampakkan wujudnya di pohon itu sambil berayun ayun diantara dahan yang bercabang besar. 
Sungguh jelas sekali bayangan putih itu bergerak gerak dengan rambut yang panjang sekali. Mukanya tidak terlihat oleh pandangan karena gerakan berayun ayun itu, Aku terus menajamkan pandanganku kearah kuntilanak. Berharap bisa melihat jelas apa yang sedang aku lihat.


Om Bayan terlihat menghampiri kuntilanak yang berayun sambil mengambil batu kecil didekatnya. Lalu Om Bayan membacakan sesuatu pada batu kecil itu yang dipegang dengan jari jarinya yang terkepal. Dan Om Bayan melempar batu yang terdoa kepada kuntilanak itu.


Walau hampir tidak percaya dengan pandanganku tapi masih terlihat jelas kuntilanak itu dihadapanku. Aku menoleh ke Mas Luki pada saat itu yang juga terlihat berani melangkah mendekati pohon yang di gelantungi kuntilanak. Om Bayan melemparkan batu itu kearah kuntilanak. Dan keadaan hatiku mulai panik.

“Brueesss !!!! “ suara pohon yang digelantungi kuntilanak itu bergetar kuat. Hentakkan angin keras di pohon itu pun terlihat jelas. Pohon itu bergetar kuat. 
Aku melihat sangat jelas kuntilanak itu terbang dari pohon, kearah selatan dan terdengar suara perempuan menjerit.

“Aaarrrkkh !!” suara itu terdengar jelas oleh kami bertiga. Suara yang menggambarkan kesakitan yang dalam. Sepertinya kekuatan batu kerikil yang terdoa itu sangatlah kuat, dan benar benar membuat rintihan kesakitan yang mendalam dari suara teriakan kuntilanak itu. 


Kuntilanak itu terbang menghindari Om Bayan. Terbang setinggi kepala Aku, kearah kiri dari Villa Tante Mira. Menjauh dari arah kami bertiga dan mulai menghilang di ujung jalan.


Dengan suara pelan Om Bayan berbisik “ayoo ayoo kejar !!” suasana malam ini sungguh sepi gelap dan terasa mulai mencekam. 
Suara beberapa anjing kampung mengonggong dari kejauhan terdengar seperti bersahutan. Suara jangkrik jangkrik ikut menghiasi detik detik kuntilanak itu terbang menjauh. 


Suara serangga lainnya juga ikut membuat suasana menjadi tambah mencekam. Aku dan Mas Luki mengikuti langkah langkah kaki Om Bayan yang bergerak cepat kearah larinya kuntilanak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar